Pada tulisan kali ini saya ingin berbagi kisah pahit yang pernah saya alami. Dimana sebelumnya saya bercerita kesuksesan bisnis saya di Perjalananku dimulai dari sini.
Kenapa tulisan ini saya buat? Bukankah lebih enak klo cerita yang bagus dan kisah sukses saja?
Well... tergantung dari sudut pandang kita melihatnya dari sisi mana. Karena bagi saya bisnis itu ada 2 sisi, yakni sisi enak dan sisi gak enaknya. Keduanya adalah proses alami dalam hal apapun juga. Dalam menjalani kehidupan, dalam hubungan antar manusia, bahkan bersekolah juga ada seneng dan enggaknya bukan?
Sisi enaknya sudah saya ceritanya pada tulisan sebelumnya, kali ini saya akan bercerita tentang sisi lainnya.
Menyambung cerita sebelumnya dimana saya akhirnya memiliki sebuah pabrik di Gedangan Sidoarjo yang memproduksi sandal lucu dengan merk Imucu. Kami memiliki 27 orang karyawan yang ada di pabrik dan kedua kantor kami.
Kapasitas produksi sudah mencapai belasan ribu pasang sandal setiap minggunya. Kami memiliki lebih dari 500 agen dan reseller di seluruh Indonesia. Penjualan mencapai 600 juta per bulannya.
Kami melakukan kesalahan pertama dengan bekerjasama dengan trader dari New Zealand yang berjanji membelibproduk dengan kapasitas besar. Karena ternyata prosesnya butuh waktu yang dengan panjang untuk persiapan dan pembayaran yg dilakukan secara bertahap.
Kedua, produk yang kami jual ternyata merupakan produk terendah yang hanya tahan selama 2 tahun saja, sebab pada tahun ketiga para mitra sdh pada mengurangi pembelian produk dan sebagian besar sdh tidak berbelanja kembali.
Ketiga, kami memiliki beban biaya tetap (fix cost) yang sangat besar setiap bulannya. Biaya total untuk gaji karyawan, operasional dll sekitar 80 juta per bulan.
Keempat, gaya hidup kami sudah berubah. Sehingga kami menghabiskan banyak uang untuk hal sekunder.
Kelima, Manajemen sudah terlalu gendut. Satu keputusan saja butuh waktu sekitar 6 (enam) bulan buat bikin keputusan penting jadi langkah terlambat untuk berubah haluan dari grosir ke retail.
Jadilah kami sasaran empuk bagi para pendatang baru yang lebih efisien dan cepat dalam bergerak mengikuti perubahan trend. Kami seperti gajah gendut tak bertanduk (emang ada ya ...).
Jadi pemenangnya saat ini masih bertahan satu merk yang memiliki beban biaya ringan ketika sedang terjadi badai berupa penurunan omset kala itu. Jadi mereka bisa bertahan dengan biaya minim. Karena tidak ada yang namanya perusahaan bangkrut bila tetap bisa bertahan dikalahkan krisis sedang melanda.
Pelajaran tentang efisiensi inilah nantinya menjadi pelajaran besar bagi saya pribadi. Nanti akan saya tulis tersendiri mengenai hal ini pada tulisan selanjutnya.
Kami harus menutup perusahaan dan membuat PH seluruh karyawan dan termasuk diri kami sendiri juga semuanya di Pecat.
Syarat baru menyadari bahwa investor yg memberi kami uang ternyata menganggap uang tersebut sebagai hutang. Dan hutang harus di bayar. Jadilah kami menanggung hutang pribadi masing-masing orang sekitar 400 juta.
Kok bisa?
Kesalahan ada pada saya pribadi yang menyerahkan sepenuhnya proses pinjam meminjam ini kepada partner. Sehingga jenis akadnya juga tidak saya teliti. Karena ilmu saya yang sempit dan kurangnya wawasan. Sebuah pelajaran seumur hidup bagi saya. Dalam usia 30 tahun harus kehilangan rumah, mobil dan masih menanggung hutang 400 juta.
Lengkap sudah penderitaan ini. Roda kehidupan ini memang berputar, dan saat ini saya sedang berada di bawah.
Saya pikir keadaan ini akan segera berakhir, namun ternyata saya baru saja masuk kedalamnya.
Sedih...kecewa....frustasi....
Banyak lagi pokoknya yang saya rasakan saat itu. Intinya gak enak banget.
Sesusah apapun hidup kami, saya tahu tidak boleh berdiam diri. Saya harus tetap bergerak.
Dengan sisa uang yang ada, saya memulai berbagai macam usaha kuliner. Mulai dari jualan bakso, jualan burger, sampai dengan jualan sate ikan hiu saya pernah lakukan.
Tapi semuanya tidak menghasilkan uang, malah menghabiskan sisa tabungan yang kami miliki. Semuanya lulus tak bersinar sedikitpun.
Istri saya membantu dengan meminjam uang pada mertua, meskipun tanpa sepengetahuan saya. Karena mungkin diat tahu pasti tidak akan saya izinkan bila bilang dulu ke saya.
Kami terperosok semakin dalam, enatvsaya yang terlalu sensitif atau gimana tapi uang saya tahu semua orang mulai menjauhi saya. Mungkin takut saya pinjaman duit paling ya he...he...
Padahal demi Allah, saya tidak punya pemikiran sedikitpilun akan meminjam apalagi meminta uang dari siapapun juga. Saya bersumpah demi Allah tuhan yang maha esa.
Ditengah badai cobaan yang menerpa tersebut, saya bertemu dengan seorang sahabat yang mengajak berdiskusi. Intinya, sy mesti memulai usaha dengan tanpa modal?
Bingung juga waktu itu, karena buka kuliner mesti beli peralatan, bahan baku dan sewa tempat. Belum lagi bila rekrut karyawan.
Setelah muter otak, akhirnya saya ketemu. Buka jasa saja, kebetulan saya punya keterampilan main sulap. Jadi saya menyediakan jasa magister sholat dan jualan peralatan sulap saja.
Minta teman buatan website, bayar belakangan gak papa katanya. Mungkin dia tahu kondisi saya. Alhamdulillah.
Untuk promosi saya belajar membuat iklan di google dengan seorang teman, gratis. Kebetulan dia habis ikut workshop yang cukup mahal. Dan dengan mengajarkan pada saya, dia berharap ilmunya akan lebih melekat dan tidak mudah lupa. Alhamdulillah.
Jadi saya mengiklankan jualan saya di Google menggunakan Google AdWords. Alhamdulillah, order mulai berdatangan. Lumayan buat menyambung hidup. Saya melayani jasa Sulap sekitar 6 bulan.
Bolak balik dari Cibubur ke Mangga Dua, Jakarta Utara. Hal ini karena saya baru bisa belanja bila ada yang sudah bayar. Karena tidak ada modal yang di putar untuk belanja klo gak gitu.
Hari demi hari saya jalani, tidak ada perkembangan yang berarti. Yang ada hanya uang buat menutupi biaya hidup. Itupun sepertinya kurang hiks...hiks...
Tanpa terasa waktu berlalu selama 6 bulan. Suatu hari saya bertemu dengan seorang teman yang bekerja di sebuah perusahaan multinasional di rumahnya. Kebiasaan silaturahmi memang sering saya lakukan di sela-sela aktifitas yang ada. Tanpa sengaja, teman ini menawarkan mau tidak untuk membuka jasa anti rayap. Kisah ini saya tulis pasar artikel usaha dengan modal 100 juta.
Syaratnya saya harus punya badan usaha seperti PT atau CV. Saya teringat kalau saya memiliki PT yang suku digunakan untuk memperoduksi sekaligus menjual sandal imucu.
Jadilah saya belajar mengenai jasa anti rayap secara otodiak dengan panduan manual dari teman tadi.
Seperti biasa, saya minta tolong seorang teman untuk dikuatkan website dan saya menggunakan iklan menggunakan Google AdWords dan pembayaran menggunakan kartu kredit, sebab bisa dibayar bulan depannya.
Pada bulan pertama saya masih terus belajar. Karena tidak adanya modal, saya belum bisa membeli mesin dan peralatan. Sehingga ilmu yang dipelajari masih sebatas teori saja tanpa praktek.
Kabar baik akhirnya datang juga. Ada 2 pelanggan yang melakukan order dan ada yang mau membayar DP sehingga bisa buat membeli mesin sederhana.
Inilah awal dari bangunnya usaha kami kembali. Total pada bulan pertama kami mendapatkan penghasilan bersih 20 juta. Dan pada bulan berikutnya juga tidak jauh berbeda.
Kami bisa membangun kembali asa dan merancang kembali mimpi yang sempat putar karena terpasang cobaan yang bertubi-tubi datang silih berganti.
Kini tak terasa kami sudah menjalani usaha ini selama 5 tahun. Dan kini sudah ada di 3 kota yakni Jakarta, Surabaya dan Malang. Kami sudah melayani jasa pembagian rayap di Bandung, Semarang, Jogjakarta, Denpasar, Batam, Makassar, Lubuk, Manado, Timika dan masih banyak lagi.
Kami hanya bisa mengucapkan terimakasih ya Allah. Tuhan semesta alam, yanti telah begitu banyak karuniaNya dilimpahkan kepada kami. Semoga kami termasuk hamba yang senantiasa bersyukur dan bisa membagikan ilmu ini kepada lebih banyak orang di Indonesia.
Salam hangat dari sahabatmu,
Rozi
Home » Peluang Usaha » Kalau Sudah Jatuh Jangan Lupa Bangun lagi